Senin, 03 Agustus 2015

Sisi yang berbeda, try it!!

Kita sempat dihebohkan dengan peristiwa di Tolikara.
Betapa kejamnya pembakaran dan pembunuhan yang dilakukan masyarakat di sana terhadap umat islam. Bagaimana tidak?
Hari Raya Idul Fitri, suatu hari yang pastinya udah dinanti-nanti semua orang setelah menahan "segalanya" selama sebulan penuh, hari ketika bisa berkumpul dengan sanak saudara, hari ketika anak-anak kecil bisa dapat THR dan merasa jadi orang terkaya di dunia, hari ketika opor ayam-rendang-lontong-dan kawan2 terhidang bersama di meja makan, hari ketika seluruh kebahagiaan rasanya menyatu dan memuncak; lenyap.
Bahagia itu lenyap ditelan oleh oknum-oknum yang tega dengan cara yang kejam.

Ga heran, kalo banyak orang yang marah dan memaki oknum-oknum itu.
Tapi ternyata, dibalik makian semua orang, ada seseorang yang bisa membawa "air es" untuk memadamkan api murka itu.
Sosok ini, bersama suratnya, menyejukkan..

Surat Terbuka Ustadz Fadzlan: Terima Kasih GIDI
31 Juli 2015 07:45 WIB
Ustadz Fadzlan Garamatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usai kembali dari Tolikara, Ustadz asal Papua, Fadzlan Garamatan mengatakan, ada hikmah di balik peristiwa tersebut. Ketua Tim Pencari Fakta Tolikara itu pun menuliskan tulisan singkat berupa surat terbuka untuk Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) lewat aplikasi WhatsAppnya.

Berikut isi surat Fadzlan Garamata yang berjudul Terima Kasih GIDI.

"TERIMA KASIH GIDI"

Atas ulah kalian, kami jadi tahu nama Tolikara yang sebelumnya sama sekali kami tak tahu menahu.

Atas ulah kalian, kami jadi tahu bahwa di Tolikara ada Masjid yang sudah berdiri puluhan tahun yang lalu.

Atas ulah kalian, kami jadi tahu ada ribuan muslim di Tolikara.

Atas ulah kalian, kami jadi tahu ada Perda aneh di Tolikara yang sangat diskriminatif terhadap Islam dan kaum muslimin.

Atas ulah kalian, kami jadi tahu bahwa Australia dan Israel ternyata sudah menancapkan kuku hitamnya di bumi Cendrawasih.

Atas ulah kalian, kami jadi tahu bahwa perkembangan dakwah Islam di Papua secara umum dari hari ke hari terus menggembirakan.

Atas ulah kalian, kami jadi tahu data sebenarnya jumlah total kaum muslimin di Papua sana adalah 40% , populasi yang cukup membalikkan asumsi kebanyakan orang selama ini bahwa Papua hampir identik Kristen atau diklaim Kristen.

Atas ulah kalian, kami dari berbagai penjuru, bukan hanya negeri ini tapi seluruh dunia dan dari berbagai latar belakang jadi tergerak rasa solidritasnya untuk lebih berperan terhadap nasib saudara kami di sana.

Atas ulah kalian, kami jadi yakin bahwa Masjid yang dibakar akan dibangun kembali yang lebih bagus dan lebih megah.

Atas ulah kalian, kami jadi yakin bahwa dakwah Islam di sana akan makin marak dan masif, bahkan pesantren akan segera berdiri.

Atas ulah kalian, mata dunia mulai terbuka bahwa anggapan tentang teroris itu di identikkan dengan Islam adalah keliru.


Terimakasih, terimakasih, dan terimakasih.

Kami menunggu kalian semua jamaah GIDI dalam damai kasih Islam.

Kami berharap tak lama lagi kami bisa menjadi imam shalat di sana, berceramah dan melantunkan adzan lima waktu di sana.

Terimakasih, Islam akan jaya di Papua Nuu Waar

Terimakasih, tak lama lagi, insya Allah Papua  Nuu Waar identik dengan Islam.

Terimakasih, Allahu Akbar.


Ternyata, di setiap keadaan, selalu ada sisi yang berbeda, dan yang pantas dicari itu sisi positifnya. Kali ini kita belajar, lagi. Untuk melihat sisi positif dari tiap keadaan, seburuk apapun itu. :)
Let's do it!